August 8, 2014

Life as an Intern - Cerita 10 Hari Kerja Praktek

Om Swastyastu!

Sudah 10 hari ini aku tinggal di Ubud, dan masih sekitar 3 minggu lagi sampai aku kembali ke Bandung. Dan aku akan bercerita tentang kegiatanku selama 10 hari menjadi anak magang di Gaya Ceramic Arts Center.

Sebagai mahasiswi jurusan Kriya Keramik, aku diwajibkan untuk mengambil kuliah kerja profesi (alias magang) saat menyelesaikan tahun ketiga kuliah (yey iya aku udah selesai tahun ketiga!). Terdengar asik, tapi agak membingungkan juga karena jumlah studio/praktisi/seniman keramik di Indonesia jumlahnya nampaknya tidak terlalu banyak. Akupun harus mencari-cari mana yang sekiranya tempat magang itu cocok buatku. Kebanyakan teman-teman aku magang di studio keramik kece yang memang khusus memproduksi keramik dalam jumlah besar, mereka 'dipekerjakan' di bagian desain (alias main komputer) dan sedikit sekali main ke bagian produksi. Nah, aku jujur bukan tipe pekerja macam itu, aku bisa stres sebulan (atau lebih) kalau cuma duduk-kerja-desain-duduk-kerja-desain. Beruntung sekali aku bisa diterima jadi intern di Gaya CAC, karena di CAC ini itu semacam open studio dan educational space. Jadi orang-orang yang suka membuat keramik bisa beli studio pass dan berkarya di sini (contohnya orang-orang yang belum punya fasilitas studio sendiri), atau kalau yang belum bisa bikin keramik, di sini ada berbagai workshop dan kelas privatnya (meskipun yaa karena target pasarnya bule, jadi harganya juga harga bule :p). Oh iya ngomong-ngomong, di sini studionya enaaaak banget! Bersih, luas, adem, etnik, tenang, lengkap, pokoknya surgawi sekali!

Aktivitas harianku di Ubud dimulai dengan bangun pagi, masak, dan makan sarapan. Aku sampai di studio jam 9 pagi, berangkat jalan kaki 15 menit dari kosanku di Baung. Di studio aku ngapain? Nah itu tergantung, kalau lagi ada workshop, aku ikutan workshop (sambil bantu-bantu nyiapin juga), kalo ngga ada workshop aku bisa ngapain aja, mau berkarya, mau online, mau ngopi (haha enak banget). Tanggung jawab aku cuman disuruh bikin test piece 3 dimensi 250 buah, dan sekarang aja udah beres dikerjain tinggal dibakar (yah yang bantuin kerjaanku banyak haha). Di sini suasananya juga kekeluargaan, kalo lagi bebersih, mulai dari bosnya sampe anak buah semua ikut beberes.

Hal yang bikin aku bersyukur juga, di sini aku memutuskan untuk mendalami teknik throwing atau muter keramik pake meja putar. Sejauh ini aku udah diajar sama 3 instruktur, alhasil aku melihat perkembangan yang signifikan dalam memutar, dan aku sangat senang! Pertengahan Agustus ini aku bakalan ikut workshop porcelain jewelery, lalu awal september aku akan melihat untuk pertama kalinya proses pembakaran menggunakan tungku Anagama (yang dibakarnya pake kayu bakar!). Pengalamannya luar biasaaaaa. Dan sejauh ini aku senang (meskipun sangat rindu Bandung dan isi-isinya!).

Beberapa hari yang lalu aku juga main ke bagian Gaya yang bagian studio produksi (nah ini studio yang bikin barang-barang orderan). Di sana aku kaget banget karena semua hasil produksinya dikerjain tangan! Ngga ada yang dicetak! Semua diputar, ditrimming, dihandbuilding, didekorasi manual pake tangan! Mereka bisa bikin produk massal tanpa dicetak, diputer satu-satu dan hasilnya...sama semua! Yang bikin aku geleng-geleng juga adalah keragaman desain di Gaya Ceramic... Ibaratnya kalo Kandura atau Kevala (itu dua studio keramik kece juga di Indonesia), mereka punya ciri khas yang emang pas liat produknya kita bisa tau, "Oh itu Kandura!", tapi di Gaya, kayanya desainernya punya taste yang sangat beragam... Produknya aneh-aneh (baca: bagus), dan inspirasinya dari berbagai latar belakang; beberapa ada yang western sekali, beberapa eastern, beberapa khas Indonesia, pokoknya be-ra-gam! Yang keren dari Gaya, dia bisa memproduksi produk dengan bakaran raku (buat yang penasaran sama raku, silakeun dicek sendiri yaa) secara massal....... Gila!

So far cerita aku baik-baik aja ya hihi, tapi ada masalah berarti juga sih saat tinggal di Ubud...aku orangnya homesick-an haha. Jadi gampang banget kangen Bandung... Untuk mengatasi hal itu ya, aku harus sering melakukan hal baru. Sejauh ini hal yang aku suka adalah nyobain gelato (meskipun baru dua gelato yang aku coba hihi).
Gaya Gelato - Pistachio & Banana Sorbet Gelato
Yang pertama aku nyobain Gaya Gelato (iya masih terafiliasi sama tempat magang aku hehe). Rasanya enakkkk, dairy free juga wow wow. Rasa pistachio nya mantap, banana sorbetnya good juga. Tempatnya cukup deket dari studio. Porsinya juga cukup, harganya lumayan (yang aku makan, cone kecil itu 29rb++ setelah pajak). Enaaaak!
Bali Buda - Moringa Choco Mint Scoops
Ini nih restoran hippies yang terkenal itu. Slogannya 'Real Food by Real People', jadi Bali Buda memang menyuguhkan makanan olahan dari produk lokal, dan sehat. Eskrimnya gimana? Aduh ini enaaaaak banget. Ngga terlalu manis seperti seleraku, dairy free dan gluten free juga, ini eskrim vegan! Ah surgawi~ Aku mau ke Bali Buda lagi nanti mau nyobain kombucha nya hoho. Harga? Untuk satu cone yang aku makan itu harganya sekitar 31rb++ (setelah pajak).

Di Ubud ini mungkin surganya vegetarian-vegan dan pecinta makanan organik. Aku akan coba keliling ke beberapa restoran vegan-organik lainnya minggu ini. Ada rekomendasi mungkin?

Ya sekian dulu ceritaku buat hari ini, nanti kalau sempat aku update lagi ya :* Buat yang mau liat gambar-gambar aku selama di Ubud silakan follow instagram ku @lmeilani ya :D (itu Lmeilani bukan imeilani hehe)

XoXo

Lily
ps: di sini aku dipanggilnya 'Mei' haha

2 comments:

Aida said...

wah eskrimnya :D jadi pengen nihh kaka :) ahhh foto-foto kaka makin keren aja

Livia "Lily" Meilani said...

makasih yaa :)